Apa itu "Nglitih" ?



    Ramai di media sosial, sekelompok remaja yang masih berseragam sekolah membawa senjata tajam atau pun benda-benda berbahaya lainnya untun menakuti-nakuti orang yang ada di jalan umum. Padahal, mereka dinasehati agar tidak melakukan "hal-hal membahayakan" orang lain, tapi agaknya nasehat dan himbauan ini justru membuat mereka semakin "menjadi"



    Dalam artian, bukannya takut, mereka malah menantang orang-orang dewasa yang ada, dengan mengangacungkan senjata tajam. Hal yang SANGAT TIDAK PANTAS UNTUK DI TIRU OLEH ANAK SEKOLAH !!!.

    Nah berbicara konteks kenakalan remaja, tidak ubahnya seperti membahas masa muda yang penuh dengan rasa kebebasan dan rasa ingin tau yang besar. Haus akan pengakuan dalam kelompok, mencari yang sesuai dengan apa yang tidak di dapatkan di lingkungan terdekat. Maka jalan seperti inilah yang membahayakan masa remaja itu sendiri.

    Bukan hanya ramai di kota-kota besar, bahkan di desa dengan adat istiadat dan unggah-ungguhnya yang kental pun tak luput dari perilaku ini. 

Kita menyebutnya dengan istilah "Nglitih". Apa sih artinya ?
    Di Jogjakarta sendiri, istilah "Nglitih" sudah tidak asing lagi. Remaja pada umumnya memilih hal yang baik dan bertentangan tergantung lingkungan dan orang-orang sekitar yang mempengaruhi keputusan mereka. Maka amat sangat penting, pendekatan emosional anak dan perhatian dari orang terdekat, semisal keluarga atau guru dan teman-teman di sekolah.



    Klitih atau nglitih sendiri sebenarnya memiliki arti yang positif yaitu jalan-jalan atau keluyuran mencari angin tanpa tujuan yang jelas di waktu luang. Namun, seiring waktu "Nglitih" bermakna konotasi negatif, di kutip dari detik.com Nglitih bermakna :
Perilaku agresivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai seseorang.

    Kalau kita cermati lebih jauh, Klitih ini mirip dengan begal, tapi pelaku utama disini adalah remaja, yang notabene mereka lakukan untuk gaya-gayaan atau sekedar mendapat pengakuan semata. Juga sebelas, duabelas dengan tawuran antar sekolah untuk  membela rasa "ke-akuan" yang masih tinggi dalam tiap komunitas yang mereka anggap sebagai bagian dari keluarga.

    Semoga, perilaku  menyimpang ini bisa menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan pendidikan agar anak remaja seyogyanya belajar dengan baik dan tidak melenceng dari kewajiban sebagai anak sekolah. 

#SEMOGA BERMANFAAT :)👉👈

Posting Komentar

0 Komentar

Comments