Jakarta luas ya, bukan setinggi gedung pencakar langit yang terlihat tapi juga perjuangan orang-orang di sekitarnya. Sepertinya jika hanya keluh kesah yang kita umbar, kamu harus berjalan lebih jauh lagi, agar paham bahwa seluruh orang sedang dalam masa berjuang.
Kalau ragu dan bosan, sesekali coba kamu nikmati berkeliling di seluruh pelosoknya, nikmati vibes dimana tempat yang terkena hujan, namun tetap diterobos oleh orang-orang yang tidak perlu kamu khawatirkan. Yah, Inilah Jakarta, kamu akan bertemu dengan kemacetannya, individual orang-orangnya, padatnya transportasi publik area, makanannya yang tidak terhitung berapa banyaknya juga, keringat dari baju yang mungkin inilah nilai dari kerja keras untuk anak dan keluarga.
Orang tua yang menyeberang saat lampu merah, juga kendaaraan roda dua mau pun empat yang tetap berdiri menatap rambu lalu lintas "kapan hijau lampunya". Mereka adalah contoh kontras bahwa, saat kita berhenti, ada kalanya orang lain untuk berjalan, saat kita mulai berjalan, maka orang lain menunggu untuk berhenti.
Begitulah hidup, berhenti dan melaku selalu beriringan, agar keseimbangan dalam menjalani hidup tetap pada fitrahnya. Orang yang sangat lelah, tapi tidak tersemburat pada mukanya adalah bentuk nyata apa itu kerasnya mencari rupiah di ibu kota.
Juga anak-anak muda yang tetap menikmati masa mudanya, bahkan ibu paruh baya yang berhati-hati dalam mengentakannya tongkat kayu di depan kakinya. Semuanya berjalan seperti irama, sepertinya Tuhan memang menciptakan manusia agar mereka melewati berbagai proses kehidupan yang Fana ini. Untuk berjuang, untuk belajar mendapatkan kemenangan dan untuk bisa bersabar dalam hal-hal yang terkadang menguji kesabaran.
So, jangan menyerah, sekali-kali keluarlah kamu ke tempat yang tidak pernah kamu lintasi sebelumnya.
0 Komentar