Some people get worse when emotions are not stable, (and people and people have experienced it)

Minggu, 7 Juni 2020 20:17:02


Hai.,

 

🌟🌟Pernah gak, kamu ngalamin 1 hal, yang kamu tiba-tiba jadi marah sendiri, terus kamu uring-uringan sendiri, tiba-tiba rasanya tuh kamu pengen banting keyboard yang sedang kamu pakai buat ngetik atau mungkin kursornya seolah-olah enggak pernah bersahabat sama jalan pikiranmu.

 

Kalau jawabannya ,”Pernah lah Lis”,

Fix, gue juga pernah ngalamin hal serupa.

 

🌠🌠 Pernah banget, dengan suatu hari di mana sesuatu itu nggak pernah mendukung ambisi gue, tidak pernah mendukung suatu perencanaan yang telah disusun secara matang, and than semuanya jadi berantakan kaya tumpahan kopi di sofa putih.

 

🌐🌐 Menyalahkan orang lain itu nggak bagus sih, karena kesalahan itu dasarnya ada pada diri sendiri. Jadi bukan di orang lain.

Kalau pun, loe mau nyalahin orang lain, kembali ingat pasal bahwa pertama yang harus di koreksi dan disalahin ya diri sendiri, untuk dan  atas segala apa yang kamu perbuat itu.

 

🌕🌕 Nggak pernah sih berencana untuk sesuatu hal yang matang banget secara pribadi gua, tapi kedepannya karena manajemen waktu gue baru, setidaknya gue punya planning, di mana daftar awal menyusun rencana nih hari ini, di bekal :

1.    ini… ini ..

2.  ini.. ini..

3.  hari berikutnya juga bakal menyusun ini.. ini.. ini..

 

🌟🌟 Tapi, pada kenyataannya banyak hal yang menghalangi kita untuk mencapai finish. Adanya gangguan dari sisi sekitar, menyusul pengaduan dan horror-horor kejadian lainnya, yang bukan menjadi lebih baik lagi, tapi terkesan aneh dan menjatuhkan (that is right).

 

Terbawa emosi data-saat tertentu hanya akan membara rasa bersalah di akhirnya. Rasa menyesal,

“kenapa ya hari ini kok gua rugi banget, kenapa kok nyia-nyia-in waktu kemaren-kemaren, kenapa sih nggak dari lama gua “do or action-nya” Memaafkan setiap kejadian dan sembunyi dibalik label,

 

“udahlah namanya manusia gitu kan , selalu ada pembelaan pemaafan yang sama dan itu nggak baik buat diri kita sendiri.”

 

🔥🔥 Tahu sebenrnya kalau itu tuh emang buruk dan kita selalu dilindungi oleh kata maklum dan Ya.. udahlah, ya…, udahlah dan begitu seterusnya.

Jadi mau dari mana kita berkembang, tapi hati sekalut emosi orang siding?

berpikir waktu itu, berpikir bahwa sampai berharganya waktu ya,  dan gak bisa di ulangi lagi. Kita dan waktu sama-sama berjalan maju, HARUSNYA kita belajar itu,  gue khususnya.

 

🌙🌙 Bisa mengerjakan banyak hal,  yang satu waktu gue bisa ini, gue bisa bersihin kamar lebih cepat, gue  bisa ngerjain tugas-tugas lebih kilat, Wey, gue bisa lebih dulu daripada catatan waktu yang dikasih tenggat jam di laptop. Terus gue bisa pesan satu hari deh buat rebahan atau  baca buku. Pasti itu, akan terbesit rasa terimakasih buat penghargaan ke diri sendiri.

 

Pernah bersemangat, pernah juga malas tak terselamat, kenapa dengan status mood-mu itu ?

Ketika, kenapa drop lagi semangat gue?

 Ntar aja deh, nanti aja deh dan yaps gue berpatokan lagi pada orang lain.

 

🌈🌈 Rasanya waktu gue raib dan ditelan masalalu. Insecure parah pada diri sendiri itu wajar, semua orang pernah ngalamin, tap yang HEBAT itu, loe bisa bangkit, terus jalan sendiri. Lewatin semua hal sendiri, terus otak loe seakan-akan mesin jawaban seperti search engine google atau yahoo.

 

🌞🌞 Tenang, semua badai itu pasti berlalu. Gue selalu percaya itu, seumuran ini gua perlu banyak mengkoreksi diri, bukan lagi kesana-kesini hanya singgah tanpa mendapat pelajaran apa-apa.

 

🌝🌝 Saatnya, gue merubah segala keburukan waktu yang telah lalu menjadi tertata saat ini. Dari sekarang, tidak udah secepat perenang di air kolam, cukup pelan dan sabar di tengah air kehidupan. 


It’s me, right. And, I will be myself for today, for tomorrow and dor until I finding my real life with my status.


☀☀Jakarta, 7 Juni 2020☀☀

20:57 WIB



🌀Lilis Setiani🌀


Posting Komentar

0 Komentar

Postingan Unggulan