(Lilis Se)
Tak apah,
Tahun ini berbeda suasananya,
Tidak lagi bersenderan menatap senyap di sepanjang jalan tol
Dengan lampu sedikit redup sisi kanan dan kirinya
Juga sinar yang menyala bersamaan
Dari atap rumah-rumah penduduk berjarak kilometer dari aspal panas jalanan,
Berbaur dengan dedaunan berdebu yang tercium aroma kendaraan..
Tak apah,
Bulan ini kami lalui tanpa rebutan celah,
Berderet sajadah beraneka warna dan motif pemilah,
Dalam barisan yang bersaf-saf didalam majelis
Mungkin juga kran-kran air yang mengering tidak lagi terasa manis..
Tidak apah,
Kita tidak membuat janji berbuka bersama
Duduk berhadapan saling berderet memanjang
Ditengahi makanan dan minuman penggugah dan penunggu adzan berkumandang
Juga ucapan-ucapan Alhamdulillah,
Dari raut muka bahagia penerima butir-butir kurma..
Tak apah,
Lebaran ini mengesampingkan pakaian mewah
Berbau pernak-pernik dengan mukena dan sendal-sendal yang dipakainya
Serba putih yang menghiasi latar utamanya
Juga sapaan tangan yang menjalin erat para tuannya
Tak apah,
Tahun ini memilih untuk tetap betah
Di ibukota
yang penuh kejutan dan parfum beraroma
Tumpah di sepanjang jalanan dan himbauan-himbaunnya..
Sungguh, Tak apah,
Jika kebaikan menjadi tolak ukur kepatuhan,
Aku akan memilih "iyah",
Lalu membiarkan "tidak" membungkam segalanya..
Sungguh aku tak apah bila tidak bertemu kalian
Saat puasa dan lebaran tiba,
Aku hanya menjaga jarak, bukan menghindari silaturahmi,
Aku tidak takut petugas yang galak, hanya perlu sedikit memaklumi
Bahwa kita sedang belajar,
Bagaimana menghindari sikap memiliki
yang memang bukan kitalah pemilik sejati...
Kita hanya TITIPAN, dan lagi serius menjaga TAKDIR juga KETETAPAN..
Jakarta, 21 Mei 2020
22:43
Lilis Setiani
0 Komentar