Sebab mereka hadir betul-betul untuk mengujimu, bukan hadir untuk mengendalikanmu.


 
Selalu ada penderitaan intrinsik pada aspek-aspek kehidupan manusia. 
Itu hal yang normal.
Setiap orang akan (niscaya)  mendapatkannya. Aspek-aspek tersebut seperti :

  • - kau akan mendapatkan jatahmu sendiri;
  • - memiliki kesepianmu di banyak waktu;
  • - menamai versi rasa sakitmu sendiri tanpa seorang pun tau;
  • - menelan kekecewaan yang tidak sempat kau utarakan;
  • - dan mungkin melintasi suatu trauma di sebuah titik terendah dalam hidupmu;

------------

Tapi mereka bukan temanmu, dan bukan pula musuhmu.
Aspek-aspek tersebut hanyalah alat semesta yang menjalankan tugas dan fungsinya untuk mengujimu.
Kehidupan berbanding lurus dengan ujian, ingat ?
Jika ingin berdamai, berdamailah dengan dirimu, bukan dengan aspek-aspek penderitaan intrinsik yang ditugaskan di dalam hidupmu. 

Sebab mereka hadir betul-betul untuk mengujimu, bukan hadir untuk mengendalikanmu.

Kaulah yang mengendalikan dirimu sendiri. 

Kau tidak salah saat hatimu dilanda duka, tapi kau jelas bertanggung jawab atas lemah dan kuatnya sikap yang akan kau putuskan untuk dirimu setelahnya.
Percayalah, kau tidak akan bisa menyalahkan ketika sebetulnya pada dirimulah letak pengendalian keputusan untuk sebuah reaksi/respin tindakan.
Sebab pada akhirnya, esensi masalah terletak pada bagaimana etika (ettitude) kita dalam merespon kehidupan.

  • Maka teruntuk jiwamu, kuatkan;
  • Hatimu-yakinkan;
  • Tanganmu-kepalkan lebih erat;

Maksudku, penderitaan tidak seharusnya memiliki lapisan, kurasa kita tidak perlu menderita di dalam penderitaan yang melanda. Hidup harus terus berjalan entah lambat atau cepat, yang aku mau sampaikan bahwa hidup adalah pengendalian itu sendiri.

Berbahagialah setelah gelap hadir, lalu singkirkanlah (segera), karena cahaya akan terus ada selama kita mau keluar dari kegelapan yang ada (di hati).


Posting Komentar

0 Komentar

Comments